Kalau perempuan setelah melakukan hubungan suami istri dengan suaminya, segera mandi dalam keadaan mani masih berada dalam rahimnya, dan setelah mandi, mani keluar dari rahimnya, apakah mandinya sah? Apakah mani yang keluar setelah mandi, bersih atau najis dan menyebabkan junub kembali atau tidak?
Kalau dukhul terjadi sebatas klitoris (daging atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung atas lubang bagian atas perempuan —disebut juga kelentit. pen), tetapi mani tidak keluar dan perempuannya juga tidak sampai klimaks, apakah mandi hanya wajib bagi perempuan atau hanya bagi laki-lakinya atau bagi keduanya?
Apakah setelah melakukan pemeriksaan bagian dalam dengan peralatan kedokteran, wajib bagi perempuan untuk mandi?
Saya, setelah buang air kecil, melakukan istibra, dan pada saat itu keluar cairan bersamanya yang berbau mani. Apakah najis? Dan apakah kewajiban saya sehubungan dengan shalat?
Jika baju junub najis terkena mani, apa hukumnya menyentuh baju tersebut dengan adanya basahan? Bolehkan orang yang junub memberikan pakaian-pakaiannya kepada orang lain untuk dicucikan? Apakah orang yang bermimpi harus memberitahu kepada orang yang diserahi untuk menyucinya bahwa pakaiannya najis?
Kalau ada basahan kental semacam mani dan melihatnya setelah buang air kecil, tanpa syahwat dan keluar tanpa dikehendaki, apakah memiliki hukum mani?