Salah seorang ikhwan mengatakan, keabsahan mandi disyarati dengan kesucian badan dari najis sebelum mandi. Kalau menyucikan badan dari mani (atau yang lainnya) di tengan-tengah mandi, akan membatalkan mandi. Dengan asumsi perkataannya benar, dan mengingat bahwa saya dulu tidak mengetahui masalah ini, apakah salat-salat saya yang telah lalu batal dan wajib untuk mengqadhanya?
Kalau perempuan dalam keadaan haid, juga dalam keadaan junub, apakah setelah bersih dari haid, kedua mandi wajib baginya?
Saya mandi dengan niat melakukan salah satu mandi wajib. Setelah keluar dari kamar mandi, saya ragu bahwa apakah saya telah menerapkan tertib atau tidak, karena saya mengira bahwa niat tertib sudah cukup, maka saya tidak mandi lagi. Sekarang saya ragu terhadap perbuatan saya. Apakah qadha semua salat-salat saya yang telah lalu adalah wajib?
Kalau seorang perempuan di masa hamil mengalami sedikit pendarahan, tapi tidak menyebabkan gugur kehamilannya, apakah mandi wajib baginya atau tidak? Apakah kewajibannya?
Apakah darah yang dilihat dari hari ketujuh dan selanjutnya, darah haid atau istihadah?
Bolehkah perempuan yang sedang haid atau nifas memasuki haram keturunan para Imam a.s.?
Para wanita yang mengonsumsi obat tersebut, melihat flek-flek pada hari kebiasaannya dan di hari-hari selain hari kebiasaan. Apakah hukumnya flek-flek tersebut?